Wasiat Terakhir

16.24.00


Sore-sore gini, tepatnya saat gue baru bangun "pagi" (Waktu istirahat jam 5 pagi-jam 3 sore), biasanya kerjaan masih nol. E-mail masih kosong belum ada yang masuk buat diedit (berita). Nge-browsing2 bingung gak tau mo liat apa, nonton yutup sama aja. Facebook? Yah itu-itu juga.

Suara dari tempat nongkrong (meja kerja) cuman desingan bentor sama motor yang lewat depan rumah (suara bentor sama motor sama bunyinya). Cuaca gak panas gak dingin. Bikin kopi seperti biasanya layaknya orang normal bangun pagi.

Setelah dipikir-pikir, daripada nantinya jadi gila dengan rutinitas gaya alien kek gini, gue coba kegiatan baru. Menulis hal-hal gak jelas seperti beberapa paragraph di atas, huhuhu..

Biar tambah berwarna tulisan gak jelas ini, gue mau berbagi cerita lucu. Ini kisah yang biasa diceritain anak-anak lorong saat mabuk-mabukan. Begini ceritanya;
Suatu ketika, Alo terbaring sakit dan harus menginap di rumah sakit. Selama beberapa bulan penanganan medis, kondisi Alo tak kunjung membaik.

Seperti hari-hari sebelumnya, dokter selalu mengecek kondisi Alo, “Coba mata dibuka?” kata Dokter sembari meminta Alo membuka mulutnya juga.

“Bagaimana perasaannya?” ujar Dokter usai memeriksa, “ppp..a.ya,a.h..dokh,” ucap Alo terbata-bata.

Kepada keluarga yang saat itu menemani Alo, Dokter menjelaskan bahwa kondisi Alo makin memburuk. Apalagi belakangan Alo sudah sulit ngomong. Alo hanya menggunakan selembar kertas kecil untuk dicatatannya jika ia membutuhkan sesuatu. Wajah keluarga Alo terlihat layu mendengar penjelasan Sang Dokter.

Di tengah percakapan antara dokter dengan pihak keluarga, tiba-tiba Alo mengerang kesakitan dan sedikit meronta-ronta. Dokter pun langsung bertindak melakukan penanganan, sementara pihak keluargan terlihat tegang di samping Alo.

Kata-kata yang terucap dari mulut Alo tak bisa dimengerti Dokter dan keluarga. Dokter pun segera mengambil kertas dan pulpen agar Alo bisa menuliskan apa yang diinginkannya.

Pihak keluarga terlihat begitu sedih melihat kondisi Alo. Dokter yang berdiri di samping terus memantau, sementara pihak keluarga mulai berasa bahwa Alo sedang menuliskan pesan terakhirnya. Begitu juga yang dirasakan Dokter.

Dengan sisa-sisa kekuatan, Alo berupaya menulis satu demi satu huruf di selembar kertas. Namun di tengah upaya itu, tiba-tiba Alo terkulai lemas dan beberapa saat kemudian meregang nyawa. Semua keluarga sontak menangis sejadi-jadinya. Dokter pun berupaya menenangkan keluarga sembari membereskan jasad Alo untuk dipulangkan ke kediamannya.

Nah loh, ini cerita bijimana, nggak ada lucu-lucunya (hehehe). Tenang pemirsa, teruslah membaca.


Keluarga langsung memeluk-meluk jasad Alo, Dokter pun mulai melepaskan infus di lengan dan selang oksigen dari hidung Alo. Saat itu juga Dokter melihat kertas catatan terakhir yang hampir jatuh dari genggaman Alo.

Dokter kemudian mengambil kertas wasiat tersebut dan membacanya penuh iba dalam hati. Namun saat membaca, tiba-tiba dokter kaget dan pingsan. Ternyata isi pesan Alo bukanlah wasiat,

Ini isi pesan Alo sebelum ajal menjemputnya.


Dok, minta tolong, selang pernafasannya jangan diinjak



===Sekian===

Artikel Terkait

Previous
Next Post »