Bandara Soeta sore itu. Dari kejauhan, wajahnya mulai samar
terlihat di antara gelombang kepala manusia lain yang berdesak-desakan. Aku
tahu dia bisa lupa wajahku. Kami lama tak bertemu. Namun hari itu, dengan hati ragu,
kupaksakan raga bisa menyapanya sembari berharap, sambutan ceriannya memanggil
namaku.
Belum sempat kusapa, matanya menatap, “Ellldyyyyy!!” serunya
dengan wajah kaget bercampur riang, “WTF!, nehi-nehi aca-aca, मैं पहली बार इतने वीर जाना (Hei, Kamu
kemana aja selama ini,” ucapnya lagi sembari memelukku.
Ratusan mata manusia tertuju. Mereka kaget melihat ia
memelukku. Aku pun memejamkan mata meresap pelukan hangatnya, tak peduli ramainya
sorot pasangan mata. Lengan panjangnya makin erat mendekap, terasa segunung rindu
menggelora, “Halow Icha,” kataku berbisik.
Seakan masih tak percaya, berkali-kali ia menatapku dengan
binar matanya, sembari kembali memeluk. Pelukannya pun kusambut. Kami melepas
rindu diiringi kerlap ratusan cahaya kamera sore itu.
Seketika, entah datang dari mana, bunyi ratusan set alat
musik dangdut mengiring. Kami pun seketika berada di pegunungan berhias taman
bunga. Icha berlari, aku mengejar, Icha berhenti, aku berjoget.
“Tumpa se ahe.. hoho..hoooo.hooo,” senandungku.
“Kuch-kuch hota hai..” jawabnya sendu bermimik malu.
Tempo dentuman beduk-beduk dangdut pun makin berirama disco.
Icha kembali berlari manja.
Pikiranku seketika berharap angin dan hujan. Dan itu pun
terjawab. Angin dengan lembut mengibas rambutnya, hujan pun membasahi daster indianya.
Bergenggaman tangan, kami diam saling menatap, tapi dunia menatap berputar-putar. Musik pun tak ingin berhenti. Entah pusing atau
tidak, ketika putaran dunia berhenti, Icha pun lunglai dan berguling hingga kami tiba di pantai.
Alunan musik pun mulai melambat, kudekap tubuhnya, Icha menatap,
aku menatap. Wajah kami makin dekat, kurasakan kakiku mulai disekap-sekap, makin lama sekapan makin menguat, wajah icha mulai menjauh.
Makin lama makin jauh, berganti wajah ibu anak gadisku, “We, bangon jo.. we..we..bangon
jo..,” sebutnya berkali-kali, “woi bangon jo, antar ni anak ka skolah, smo lat
dia!”(TAMAT)